Ironi Konfercab HMI Cabang Malang

Ironi Konfercab HMI Cabang Malang
Ironi Konfercab HMI Cabang Malang
Pasca Kongres pada bulan Februari lalu di Kota Ambon, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang pun melaksanakan Konferensi Cabang (Konfercab) yang ke-48 pada tahun 2018 ini. Rangkaian acara Konfercab yang berlangsung selama bulan April hinggga Mei 2018 ini pun dimulai dengan pelaksanaan sidang pleno II (sebelumnya sidang pleno I pada tahun 2017 lalu), sidang pleno III hingga proses pleno IV untuk memilih Formateur (merangkap Ketua Umum) yang baru. Dengan kata lain, di samping menjadi forum untuk meminta Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) pengurus Cabang, mengevaluasi kinerja kepengurusan Cabang, Konfercab juga menjadi representasi dari budaya musyawarah mufakat yang diterapkan di Himpunan ini, tentunya dengan mengacu pada ketentuan AD/ART HMI dan nilai-nilai moral perkaderan. 

Konfercab tahun ini mengangkat tema “Meningkatkan Produktivitas Organisasi sebagai Wujud Pengabdian untuk Negeri“. Sekilas dengan melihat tema ini, dapat kita simpulkan bahwa HMI Cabang Malang sedang dalam tahap berbenah, baik dalam konteks perkaderannya maupun dalam wilayah kinerja kepengurusan selama periode kepemimpinan saudara Harianto. Hal ini perlu untuk dilakukan tidak lain adalah agar Himpunan ini dapat berbuat lebih banyak (baca: mengabdi) kepada umat, bangsa dan negara, tidak melulu sibuk dengan urusan internal yang justeru tidak jarang kontraproduktif. 

Ekspektasi dari tema besar ini pada akhirnya harus kita akui asimetris dengan kondisi obyektif yang ada selama proses sidang Konfercab berlangsung. Forum sidang yang seringkali dimulai pada waktu menjelang dini hari karena molornya kehadiran dari peserta (termasuk pengurus Cabang itu sendiri), banyaknya problema di internal kepengurusan yang tidak mampu diselesaikan oleh Ketua Umum HMI Cabang Malang, tata administrasi yang kurang baik selama proses Konfercab berlangsung, termasuk pasifnya HMI Cabang Malang dalam melihat isu-isu aktual regional khususnya di Kota Malang seperti kasus korupsi yang sedang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). HMI Cabang Malang di bawah kepemimpinan saudara Harianto pada akhirnya terkesan reaktif dan jauh dari sentrum permasalahan kemasyarakatan.

Dengan membawahi 54 Komisariat penuh yang tersebar di wilayah geografis Malang Raya, maka menjadi logis ketika HMI Cabang Malang seringkali disebut sebagai Cabang terbesar se-Indonesia. Hal ini kemudian dipertegas lagi secara historis bahwa HMI Cabang Malang adalah tuan rumah Kongres ideologis (tahun 1969), saat dimana Nurcholis Madjid (Cak Nur) menyampaikan gagasannya tentang Nilai Dasar Islam (NDI) yang kemudian disempurnakan dan selanjutnya diubah klausulnya menjadi Nilai Dasar Perjuangan (NDP) pada Kongres X di Palembang. Di sisi lain, HMI Cabang Malang pun telah melahirkan banyak tokoh di berbagai ruang profesi, antara lain seperti alm. Munir Said Thalib (aktivis HAM), Muhadjir Effendy (Mendikbud RI), dan tentunya masih banyak tokoh lainnya. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa HMI Cabang Malang adalah salah satu barometer perkaderan bagi Cabang yang lain se-Indonesia.

Nama besar HMI Cabang Malang ini pun pada akhirnya harus dirusak dan dirobohkan seketika oleh ambisi kekuasaan segelintir hipokrit yang bersembunyi di balik narasi perkaderan. Bagaimana tidak, proses sidang Konfercab yang alot dan seringkali berujung kisruh sepertinya tidak mendapat perhatian dan dicarikan solusinya secara serius oleh Ketua Umum HMI Cabang Malang beserta Steering Commitee (SC). Variabel-variabel persoalan yang tidak mendapat perhatian serius ini tentu pada akhirnya berakumulasi dan menimbulkan persoalan yang lebih besar. Sampai pada ujung sidang Pleno III, penyampaian pandangan umum dari masing-masing Ketua Umum Komisariat terhadap Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Ketua Umum HMI Cabang Malang pun dilakukan, dengan komposisi awal 25 Komisariat menolak dan 15 Komisariat menerima. Dalam forum sidang selanjutnya, komposisi ini berubah menjadi 29 Komisariat menolak dan 21 Komisariat menerima, hingga pada komposisi akhir dengan 32 Komisariat menolak dan 22 Komisariat menerima LPJ Ketua Umum HMI Cabang Malang.

Dengan melihat komparasi angka di atas, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa HMI Cabang Malang pada periode kepemimpinan saudara Harianto mengalami regresi, jika dibandingkan dengan jumlah Komisariat yang menerima dan menolak LPJ saudara Darmawan Puteratama pada Konfercab sebelumnya. Sikap yang diambil oleh masing-masing Komisariat dalam menilai kepemimpinan saudara Harianto bukan semata-mata bertumpu pada banyaknya program kerja yang tidak dapat terlaksana dengan baik dan tidak begitu memberikan efek bagi progresifitas perkaderan, melainkan juga soal jarang hadirnya sosok Ketua Umum HMI Cabang Malang ini di tengah-tengah agenda perkaderan yang ada di masing-masing institusi Koordinator Komisariat (Korkom) maupun Komisariat, termasuk ekslusifitas Cabang (dan personal saudara Harianto) yang seringkali enggan untuk mensosialisasikan atau mengklarifikasi beberapa keputusan strategis dan politis yang telah diambil dengan membawa nama HMI Cabang Malang.

Forum sidang Konfercab sampai pada hari Minggu (20 Mei 2018) yang sebelumnya sesuai jadwal pending harus dimulai pada pukul 21:00 WIB lagi-lagi molor dan baru dimulai dini hari kurang lebih pukul 03:00 WIB (hari Senin, 21 Mei 2018). Kondisi seperti ini memang seringkali terjadi dan pada akhirnya menjadi lumrah, sementara sebagai umat Islam kita juga telah memasuki bulan Ramadhan. Selain berpuasa, kawan-kawan di beberapa institusi kampus pun masih dalam masa aktif kuliah (ada yang memasuki masa UAS). Berdasarkan rasionalisasi inilah ada beberapa orang yang mulai mengajukan order kepada presidium sidang untuk melakukan pending. Akan tetapi (mirisnya) order pending sidang itu dibiarkan bertumpuk tanpa ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta sidang. Selain itu, ada beberapa pihak pun tetap menginginkan agar proses sidang Konfercab tetap berlanjut dengan kondisi forum yang sudah mulai tidak kondusif.

Perdebatan panjang ini pada akhirnya menimbulkan chaos antar peserta sidang, bahkan chaos itu pun sampai terjadi beberapa kali. Di tengah kondisi forum yang haru biru inilah ada peserta sidang yang pingsan. Hal ini masih tetap saja tidak dihiraukan oleh presidium sidang. Di gedung KNPI Kota Malang (tempat pelaksanaan Konfercab) matahari mulai meninggi, sementara jarum jam menunjukkan waktu kurang lebih pukul 06:30 WIB. Sementara di depan gedung KNPI Kota Malang, mulai berdatangan orang-orang yang memang sesuai jadwal hendak menggunakan aula gedung tersebut. Mirisnya lagi, sidang Konfercab tetap dipaksakan untuk berlanjut. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, penulis sendiri tidak melihat sosok Ketua Umum HMI Cabang Malang dan SC yang notabene sebagai penanggung jawab Konfercab mencoba untuk mengurai keruwetan yang ada. Kondisi ini memang seakan dibiarkan begitu saja.

Dengan kondisi forum yang sedemikian ruwet dan tidak kondusif, pada akhirnya lebih dari 20 institusi (Komisariat dan Korkom) memutuskan untuk walk out dari forum. Hal ini dilakukan tidak lain adalah sebagai bentuk protes karena sudah terlalu banyak etika forum yang dilanggar, moralitas perkaderan Himpunan ini telah jauh dikesampingkan, prinsip kekeluargaan yang telah lama mengikat kita pun dibiarkan tercabik-cabik. Semua itu mereka lakukan, tidak lain adalah demi untuk tujuan sesaat yaitu meraih kekuasaan dan posisi sebagai Ketua Umum HMI Cabang Malang. Ya, marwah sidang Konfercab tidak lagi mereka perhatikan, sidang Komisi untuk membicarakan point-point rekomendasi bagi perbaikan HMI Cabang Malang ke depan pun mereka paksa lakukan hanya dalam waktu kurang lebih setengah jam. Bagaimana mungkin masa depan HMI Cabang Malang yang membawahi 54 Komisariat penuh hanya dibicarakan dalam waktu kurang lebih setengah jam??

Lagi-lagi marwah sidang Konfercab mereka ciderai untuk segera mendapatkan legitimasi kekuasaan sebagai Ketua Umum HMI Cabang Malang. Dengan kondisi forum yang ditinggalkan (walk out) oleh lebih dari 20 institusi Korkom dan Komisariat, termasuk oleh Kakanda Ugik Tri Praptama, Kakanda Fahmi Ismail, Kakanda Asdul Ghifary, dan Kakanda Risky (empat orang) sebagai kandidat Formateur HMI Cabang Malang, di saat itulah saudara Sutriyadi terpilih sebagai Formateur. Kondisi menjelang pemilihan inilah yang kemudian diplintir dan dijadikan fitnah oleh Ketua Umum Komisariat FISIP UMM (saudara Abul Nizam Al-ZanZami) yang menyampaikan lewat media bahwa sebagian kandidat memilih mundur dan memberikan dukungan penuh kepada saudara Sutriyadi. Sekali lagi bahwa pernyataan dari saudara Abul Nizam Al-ZanZami itu adalah fitnah, karena memang pada faktanya hal itu tidak pernah terjadi. Sungguh sangat disayangkan, bahwa seorang Ketua Umum Komisariat FISIP UMM itu sedang menunjukkan dirinya bahwa ia adalah penyebar hoax yang ulung di media massa.

Beginilah kondisi faktual HMI Cabang Malang dalam momentum Konfercab yang ke-48, sungguh sejarah yang sangat buruk. Saudara Harianto selaku Ketua Umum HMI Cabang Malang (demisioner) dan SC Konfercab seakan lepas tangan dengan kondisi yang carut marut ini. Hal inilah yang menimbulkan kekecewaan dari para kader yang menginginkan adanya sejarah dan pembelajaran yang positif dalam momentum Konfercab ke-48 ini melakukan aksi demonstrasi dan melakukan penyegelan sekretariat HMI Cabang Malang yang berlokasi di Jl. Basuki Rahmat, Kota Malang. Semoga HMI Cabang Malang beserta seluruh kader yang tersebar di wilayah Malang Raya mampu memetik hikmah dari adanya peristiwa ini, bahwa kita perlu menyingkirkan sosok-sosok yang haus akan kekuasaan dan eksistensi pribadi!! Semoga juga kondisi obyektif yang coba penulis gambarkan dalam tulisan ini menjadi bahan pertimbangan bagi PB HMI dalam mengambil kebijakan terkait hasil Konfercab ke-48 di HMI Cabang Malang, dengan harapan agar tidak menimbulkan permasalahan yang berkepanjangan dan mengganggu proses perkaderan itu sendiri. 

YAKIN USAHA SAMPAI

Penulis: Junaidi Doni Luli
Ketua Umum HMI Cabang Malang
Koordinator Komisariat UM
Periode 1439-1440 H/2017-2018 M

Post a Comment