Bersama HMI Wirausaha Menjadi Mudah #3



Harga Jualmu Bikin Buntung atau Buntung

Hari Selasa pukul 06.30 pagi, seorang remaja 16 tahun sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya. Remaja tersebut tersebut bernama Riska seorang siswa SMA. Ia sedang mengikat tali sepatunya satu-persatu di teras depan rumahnya. Di saat itu datanglah seorang seumuran Riska menaiki kendaraan besi kayuh kesayangannya. Orang tersebut adalah Indah, teman baik Riska. Mereka sudah menjadi sahabat sejak kecil, bahkan mereka juga selalu satu kelas sejak SD hingga SMA. Indah dan Riska juga selalu berangkat sekolah bersama menggunakan sepeda kayuh karena jarak rumah mereka yang tidak begitu jauh dari sekolah. 

Tepat pukul 06.45 akhirnya mereka sampai di sekolah. Selain pintar, Riska dan Indah juga memang terkenal rajin dan disiplin. Belum pernah sekalipun mereka terlambat ke sekolah. Pelajaran pertama hari ini adalah Prakarya dan Kewirausahaan yang diajar oleh Bu Nurul. Pukul 07.00 bel sekolah pun berbunyi. Para siswa mulai masuk ke kelasnya masing-masing. Begitupun dengan para guru termasuk Bu Nurul yang masuk ke XI MIPA 1,  kelasnya Riska dan Indah. 

“Baik saya awali, Assalamu’alaikum Wr. Wb.” Salam Bu Nurul.

“Wa’alaikumsalam Wr. Wb.” Balas semua siswa dalam kelas serentak.

“Bagaimana kabarnya anak-anakku hari ini?” Tanya Bu Nurul.

“Alhamdulillah baik, Bu!” Jawab semua siswa bersamaan.

“Alhamdulillah, baiklah klau begitu hari ini kita akan belajar tentang ...” Lanjut Bu Nurul sambil menjelaskan materi pelajarannya hari ini.

Setelah sekitar dua jam pelajaran Bu Nurul menjelaskan materi disertai dengan tanya jawab dengan para siswanya, bel tanda pergantian jam pelajaran pun berbunyi. Bu Nurul pun menyudahi pelajarannya hari ini dan memberikan tugas kelompok kepada Riska, Indah, dan teman-temannya.

“Baik Anak-anak, karena waktu pelajaran Prakarya dan  Kewirausahaan sudah habis saya akhiri pertemuan kita sampai di sini dulu ya. Ohh iya, untuk tugasnya, kalian bentuk kelompok sendiri berjumlah 4-5 orang lalu buatlah karya dari barang bekas. Untuk jenis karyanya bebas sesuai kreativitas kalian.” Perintah Bu Nurul.

“Untuk pengumpulan tugasnya kapan, Bu?” Tanya Riska.

“Untuk pengumpulan tugasnya minggu depan ya. Jadi kalian punya waktu satu minggu untuk menyelesaikan tugas ini. Minggu depan ibu akan menilai karya kalian sekalian ibu jelaskan cara menentukan harga barang. ” Jawab Bu Nurul.

“Baik, Bu. Terima kasih!” Jawab Riska.

“Baiklah, apakah ada pertanyaan lain?” Tanya Bu Nurul.

Setelah ditunggu beberapa saat, tidak ada siswa yang bertanya maka Bu Nurul pun mengakhiri pelajarannya hari ini.
“Baiklah saya rasa tidak ada ya. Kalau begitu terima kasih atas perhatiannya, kurang lebihnya hari ini mohon maaf, saya akhiri. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.” Pungkas Bu Nurul.

“Wa’alaikumsalam Wr. Wb.” Jawab semua siswa bersamaan.

Setelah Bu Nurul keluar, sambil menunggu guru selanjutnya masuk kelas, Akbar selaku ketua kelas XI MIPA 1 langsung membentuk kelompok dengan undian. Berdasarkan hasil undian, Riska dan Indah tergabung di kelompok 7. Mereka satu kelompok dengan Adam dan Ali. Mereka senang karena rumah masing-masing anggota letaknya berdekatan sehingga tidak akan menyulitkan untuk kerja kelompok bersama-sama.

Sore harinya sepulang sekolah mereka pun berkumpul di rumah Riska untuk berdiskusi barang apa yang ingin mereka buat dan bahan apa yang akan digunakan. 
“Ehh, teman-teman kita mau bikin apa nih?” Tanya Riska.

“Bagaimana kalau kita buat rumah-rumahan dari stik es krim?” Tanya Adam.

“Sebaiknya jangan deh, Dam. Itu kayaknya sudah terlalu umum, selain itu fungsinya juga cuma buat hiasan kurang dibagian nilai gunanya.” Jawab Indah.

“Terus habis itu apa dong?” Tanya Ali.

“Kalau menurutku ya, bagaimana kita buat kotak tisu dari koran? Ini sederhana dan mudah kita buat. Selain itu juga memiliki nilai guna dan bisa kita hias agar bisa lebih bagus.” Tanya Riska.

“Wahh, sepertinya itu ide yang bagus. Oke aku setuju buat kotak tisu dari koran. Kalau kalian gimana, Adam dan Ali?” Jawab Riska sembari bertanya kepada Adam dan Ali.

“Iya, kami juga setuju!” Jawab Adam dan Ali bersamaan.

Akhirnya Riska dan Indah mulai merancang bentuk kotak tisu yang mereka inginkan. Sementara Adam dan Ali mulai mencari alat dan bahan yang diperlukan untuk karya mereka, seperti koran bekas, gunting, pewarna, lem, dan lain-lain.

Keesokan harinya mereka mulai mengerjakan karya kotak tisu dari koran yang sudah direncanakan sebelumnya. Adam dan Ali dengan cekatan mengelintingi koran-koran bekas, sementara Riska dan Indah mulai membentuk kotak tisu sesuai rancangan yang mereka buat sebelumnya. Beberapa hari kemudian, selesailah kotak tisu dari koran yang mereka berempat buat. Hasilnya sangat bagus dan tentunya siap dinilai oleh Bu Nurul.

Hari selasa pun kembali tiba. Seperti biasa, tepat pukul 07.00 Bu Nurul masuk ke dalam kelas XI MIPA 1 lalu menyapa para muridnya.

“Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat pagi anak-anak!” Salam dan sapa Bu Nurul.

“Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Selamat pagi juga, Bu!” jawab semua siswa dalam kelas serentak.

“Alhamdulillah, kita masih dapat bertemu lagi hari ini. Semuanya dalam keadaan sehat kan?” Tanya Bu Nurul.

“Alhamdulillah sehat, Bu!” Jawab para siswa lagi.

“Baiklah, untuk tugasnya apakah sudah selesai? Silakan bergabung dengan kelompoknya masing-masing lalu keluarkan hasil karya kalian!” Perintah Bu Nurul.

Masing-masing kelompok lalu mengeluarkan hasil karyanya. Bu Nurul lalu berkeliling menilai karya masing-masing kelompok, termasuk kinerja masing-masing orang dalam kelompok tersebut.

“Baik anak-anak, karya kalian benar-benar bagus. Kreativitas kalian dalam membuat karya patut diacungi jempol!” Puji Bu Nurul.

“Nahh, sesuai janji saya minggu lalu, hari ini saya akan menjelaskan tentang berbagai cara menentukan harga jual barang.” Kata Bu Nurul.

“Ada berapa cara Bu dalam menentukan harga jual barang tersebut?” Tanya Riska.

“Nahh, dalam menentukan harga jual barang ini ada lima buah cara, Nak.” Jawab Bu Nurul

“Wahh, ternyata banyak sekali ya, Bu?” Tanya Indah.

“Iya, ada banyak memang!” Jawab Bu Nurul.

“Yang pertama apa, Bu?” Tanya salah satu siswa.

“Nahh, yang pertama ialah menentukan strategi yang tepat. Cara ini juga disebut dengan margin pricing. Tidak sedikit yang memilih untuk menggandakan biaya produksi agar mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Namun, sebenarnya ketika kita ingin menaikkan harga lebih tinggi ataupun lebih rendah dari pasaran hal itu semua tergantung pada keadaan. Berikut ini rumus gampang untuk membantu kalian menghitung harga eceran barang kalian.” Kata Bu Nurul sambil menuliskan rumusnya di papan.

“Nahh, rumusnya adalah seperti ini. ‘Harga Eceran = [(Biaya barang) ÷ (100 – persentase kenaikan harga)] x 100’. Misalnya, Akbar membeli produk dengan harga Rp 150.000 dengan kenaikan harga jual sekitar 50%. Inilah cara Akbar menghitung harga eceran: ‘Harga Eceran = [(Rp 150.000) ÷ (100 – 50)] x 100 = [(Rp 150.000 ÷ 50)] x 100 = Rp 300.000’. Jadi Akbar dapat menjual sekitar harga Rp 300.000. Perhitungan ini adalah perhitungan dengan cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk menentukan harga produk yang akan dijual.” Lanjut Bu Nurul.

“Baiklah, sebelum ibu lanjut apakah ada pertanyaan?” Tanya Bu Nurul.

“Tidak ada, Bu!” Jawab para siswa.

“Baiklah, Ibu lanjut ya. Yang kedua adalah dengan memakai harga yang sudah ditentukan. Cara ini juga disebut MSRP yang merupakan singkatan dari Manufactured Suggested Retail Price atau harga yang direkomendasikan dari produsen dalam memberikan harga. Tujuan menggunakan MSRP ini adalah menstabilkan harga pasar, jadi penjual satu dengan lainnya tidak sampai perang harga.” Kata Bu Nurul.

“Lalu bagaimana dengan keuntungannya, Bu?” Tanya Indah.

“Nahh, itu dia kekurangan MSRP ini. Kita tidak bisa bebas menentukan keuntungan yang didapatkan karena sudah ada yang mengaturnya.”

“Barang apa yang biasanya menggunakan MSRP ini untuk harganya, Bu?” Tanya Akbar.

“Biasanya harga MSRP ini ditemui pada mobil, kendaraan bermotor dan obat-obatan.” Jawab Bu Nurul.

“Baik apakah ada pertanyaan lain?” Tanya Bu Nurul lagi.

“Tidak ada, Bu!” Jawab para siswa.

“Baiklah, ibu lanjutkan. Yang ketiga dalam menentukan harga jual barang adalah dengan markup pricing. Markup adalah salah satu cara menentukan harga dengan menambahkan keuntungan langsung dari harga beli. Cara ini lebih sederhana karena tinggal menambahkan sesuai dengan keinginan saja dan metode markup ini paling banyak digunakan oleh pelaku bisnis.” Kata Bu Nurul.

“Contohnya bagaimana itu, Bu?” Tanya Adam.

“Contohnya seperti ini, Misal Ali membeli sepatu XYZ dari Jakarta dengan harga satuan Rp 250.000, kemudian Ali ingin mengambil keuntungan setiap produknya Rp 75.000, jadi harga jualnya 250.000 + 75.000 = 325.000. Seperti itu, jadi tinggal kita tambahkan saja sesuai keuntungan yang kita inginkan.” Jawab Bu Nurul.

“Oalah, sesederhana itu ya, Bu?” Tanya Adam Lagi.

“Iya benar sekali. Cara ini mungkin adalah cara yang paling sederhana dari kelima cara yang ada.” Kata Bu Nurul.

“Baik, ibu lanjutkan ya. Yang keempat adalah dengan cara bundling. Banyak ditemui juga para pelaku bisnis yang menjual barang mereka dengan sistem bundling, paket atau grosir. Teknik seperti ini lebih efektif dijalankan agar produk yang kita miliki bisa cepat keluar sehingga menghasilkan keuntungan.” Kata Bu Nurul.

“Apakah keuntungan yang didapatkan tidak banyak nantinya, Bu?” Tanya Ali. 

“Iya, benar. Biasanya margin keuntungan yang didapatkan memang lebih sedikit, karena sistemnya kuantitas barang maka tinggal dikalikan saja keuntungannya mana yang terbukti lebih besar hasilnya. Inilah kenapa biasanya para distributor menjual dengan harga yang murah tetapi setiap hari bisa laku ribuan produk daripada reseller yang hanya bisa menjual beberapa biji saja. Jika produk satu sama lain masih ada kaitannya coba saja menjual paket produk secara bundling.” Jawab Bu Nurul.

“Contohnya menentukan harga barang dengan cara bundling ini bagaimana, Bu?” Tanya Riska.

“Contohnya seperti ini. Harga satu kaos polos pada toko online harga satuan Rp 37.500, ada paket bundling beli 3 kaos Cuma bayar Rp 100.000. Dari harga tersebut pasti konsumen lebih tertarik paket bundling yang memiliki hitungan harga lebih murah sehingga barang lebih cepat laku, tapi dengan untung yang lebih sedikit. Seperti itu Nak!” Jawab Bu Nurul.

“Ohh baik, Bu. Terima kasih banyak atas penjelasannya!” Kata Riska.

“Baik sebelum ibu lanjutkan ke yang terakhir apakah masih ada pertanyaan lain?” Tanya Bu Nurul.

“Tidak ada, Bu! Sudah jelas!” Jawab para siswa lagi.

“Baik kalau begitu ibu lanjutkan ke yang terakhir. Cara menentukan harga barang yang kelima adalah dengan metode value based pricing (VBP). VBP merupakan salah satu teknik dalam menentukan harga jual yang berbeda dengan lainnya dan tidak semua produk bisa menggunakan VBP. VPB biasanya ditentukan dengan melakukan riset kepada market mereka dengan menanyakan kira-kira berapa harga pantas yang dijual. Dari hasil pertanyaan responden inilah nantinya yang akan dijadikan patokan dalam menentukan harga.” Kata Bu Nurul.

“Jadi, responden juga bisa berpengaruh terhadap harga barang ya, Bu?” Tanya Indah.

“Iya betul sekali, Indah. Sebenarnya ada cara lain dalam menentukan harga berdasarkan VBP, yaitu dengan memberikan harga tinggi secara langsung. Orang-orang akan rela mengeluarkan banyak uang demi kualitas produk, teknologi, kelangkaan, dan popularitas. Nah intinya dalam menentukan harga jual produk perlu strategi yang matang. Kita bisa melakukan tes pasar dengan teknik yang berbeda mana kira-kira yang paling diminati oleh konsumen. Selain itu Kita juga perlu mengoptimalkan bisnis Kita agar lebih banyak diketahui oleh konsumen. Salah satu caranya dengan memiliki website bisnis. Dengan website memungkinkan produk-produk kita diketahui oleh lebih banyak orang sehingga potensi keuntungannya lebih besar.” Kata Bu Nurul.

Bu Nurul telah menjelaskan metode menentukan harga jual barang dengan sangat detail hingga tak terasa jam pelajarannya telah habis dan bel tanda pergantian jam pelajaran telah berbunyi.
“Baik itu tadi adalah lima cara menentukan harga jual barang. Apakah bisa dipahami, Anak-anak?” Tanya Bu Nurul.

“Bisa, Bu!” Jawab para siswa.

“Baiklah kalau begitu ibu harap dari penjelasan tadi kalian bisa menentukan harga barang yang telah kalian buat jika kalian ingin menjualnya.” Kata Bu Nurul.

“Baiklah, karena bel tanda pergantian jam pelajaran telah berbunyi saya akhiri pertemuan kita sampai disini dulu. Terima kasih atas perhatiannya, kurang lebihnya mohon maaf, saya akhiri. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.” Pungkas Bu Nurul.

“Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Terima kasih banyak atas ilmunya hari ini, Bu!” Jawab para siswa bersamaan.

“Iya, sama-sama!” Balas Bu Nurul.

Akhirnya Ibu Nurul pun pergi meninggalkan kelas. Iya nampak senang karena para siswa memahami apa yang telah disampaikannya. Begitupun dengan Riska, Indah, dan teman-temannya yang lain. Mereka tampak puas dan senang dengan ilmu yang diberikan oleh Bu Nurul hari ini.


Dipersembahkan oleh Bidang Kewirausahaan
Karya: Muhammad Zainullah-Staff Bidang Pembinaan Anggota

Post a Comment