Suka Duka Ibu Pertiwi

Suka Duka Ibu Pertiwi

Kecil dan tak kasat mata
Penyebaran nya sangat cepat melebihi kecepatan cahaya
Sekali bergerak meluluhlantakkan dunia
Tidak peduli tua, muda, miskin, kaya semua sama sahaja

Semua bermula dari Kota Wuhan
Menyebar tanpa memberikan kabar
Langit menghitam dan hari-hari kian mencekam
Saat tidak ada obat penawar

Manusia ‘ngalor-ngidul’ tidak karuan
Kapanpun dan dimanapun selalu tertekan
Berharap ada sebuah keajaiban
Dan semua kembali seperti asal

Hingga semua berimbas pada tempat peribadatan
Bahkan ka’bah ditutup sebagai langkah pencegahan
Belajar, bekerja, dan ibadahpun sudah dirumahkan
Berharap terwujudnya selembar harapan

Seluruh tenaga medis pun dikerahkan
Namun semua tak kunjung padam
Mungkinkan ini sebuah teguran dari Tuhan?
Mari coba kita renungkan

Satu demi satu telah tumbang
Ratusan nyawa pun melayang
Jutaan jiwa menangis merintih dalam hati
Mengaliri derasnya sungai hitam ibu pertiwi

Mereka yang terbaring disana
Apakah kalian memperdulikannya?
Mereka yang sedang berjuang untuk hidup
Apakah kalian mendukungnya?
Roh yang telah kembali pada Tuhan
Apakah kalian mendoakannya?
Apakah kalian hanya berdiam diri melihat semua ini tanpa arti?
Sedangkan anggota tubuh kalian merontah tak bersinergi tanpa henti

Apa yang sebenarnya terjadi?
Dosa apa yang sedang ditanggung oleh negeri tercinta ini?
Sekarang bukan hanya tentang pencegahan
Tetapi juga introspeksi diri secara mendalam
Apakah diri kita sudah benar?
Hingga merasa hebat melebihi Tuhan?
Bumi ini sudah rapuh dan perlahan akan pudar
Saatnya kita semua bertaubat, berdoa, dan berikhtiar
Hingga secercah harapan akan dikabulkan oleh Tuhan

Dunia ini bukan limit tak hingga
Semua akan hancur pada masanya
Sekarang saatnya kita menyatukan logika
Membuat grafik cosinus  yang indah
Seindah irama gerak harmonic sederhana

Sejauh apapun bayangan nya
Besarnya tidak akan melebihi bilangan Avogadro
Bahkan jika jaraknya setara bumi dengan pluto
Dan sesulit apapun untuk mewujudkannya
Kita harus tetap tegak tak tergoyahkan oleh variable dan konstanta dunia
Karena lingkaran pun tak ada batasnya
Namun titik pusat itu tetap ada
Jika kita mau berusaha 

Kepingan-kepingan harapan telah aku kumpulkan jadi satu
Hingga menjadi sebuah gelas yang utuh
Wahai negeri tercintaku
Ibu pertiwiku
Bangkitlah dan berjuanglah dengan mengerahkan segala usahamu
Ku berdoa badai ini semoga cepat berlalu
Aku percaya Tuhan mendengarku dan akan mengabulkan doa ku

-Yunda Hikmasanti Agustin-

Post a Comment